khakisofirvington.com – Pemerintah diminta menaikkan bea masuk (IMD) atas impor minyak sawit (CPO). Sebab, menurut Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga, Indonesia akan memiliki pabrik katalis yakni PT Katalis Sinergi Indonesia. Pabrik di Karawang, Jawa Barat ini akan menghasilkan produk-produk menarik. Zat atau bahan kimia tersebut diyakini dapat mempercepat reaksi dalam proses produksi minyak sawit. “Setiap tahun, industri minyak sawit dan produk kimia Indonesia mengimpor bahan mentah senilai $190 juta dari Jerman, Amerika Serikat, Tiongkok, dan India. Dalam waktu dekat, PT Katalis Sinergi Indonesia akan beroperasi. “Ini hasil penelitian tim Kelompok Keahlian Rekayasa Sistem Katalisis dan Pengolahan Institut Teknologi Bandung (ITB),” ujarnya kepada wartawan saat upacara pohon palem di Bandung, Rabu (31/1/2024).
“Kalau kita memang ingin sejahtera dan mandiri, lebih baik pajak impor dinaikkan. Penelitian seperti ini bisa dilakukan dengan uang. “Sehingga bisa cepat dikembangkan,” tambah Sahat. Sementara itu, Melia Laniwati Gunawan, Direktur Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalisis ITB, menjelaskan bahwa para pengembang berupaya untuk mempercepat proses reaksi kimia hingga jutaan bahkan miliaran kali lipat. Efeknya produksi bisa cepat dan efisien untuk produksi massal. “Bahan bakunya bisa digunakan untuk produksi minyak sawit, jetfuel, oleokimia, dan lain-lain. 90% proses produksinya melibatkan bahan baku,” ujarnya.
“Indonesia masih mengimpor segala sesuatunya, oleh karena itu kami ingin berdonasi kepada negara, jika memungkinkan, untuk memperdagangkannya. Karena benda-benda yang membuat sesuatu tidak bersifat material, maka di negara lain mereka membuat benda-benda yang membentuk industri kimia secara keseluruhan. “Kalau ekspor berhenti, industri kimia Indonesia akan mati,” kata Melia. Terkait kebutuhan yang dilakukan setiap tahunnya, Melia mengaku timnya terus melakukan penelitian. Menurutnya, ada banyak faktor. Salah satu alasannya adalah usia bahan yang digunakan.
Misalnya reaktor akan diisi 1 ton katalis. Nantinya bisa menghasilkan beberapa liter bahan bakar. 1 ton akan mati misalnya dalam satu bulan atau satu tahun. “Itu masih dalam tahap penyelidikan kami,” ujarnya.
“Kalau harganya, tergantung pabrik yang menawarkannya. Misalnya perusahaan A menawarkan sebanyak itu, namun ternyata perusahaan B bisa menawarkannya lebih murah, dan seterusnya. Jadi ini berdasarkan mimpi,” kata Melia. Di sisi lain, Melia menjelaskan minyak sawit berbeda dengan biodiesel yang terbuat dari campuran minyak sawit dan solar.
“Minyak sawit terbuat dari 100% kelapa sawit. Tapi nanti kalau mau dapat RON (octane rating) campur saja (dengan naphtha). Karena RONnya sendiri adalah 110-115. “Tapi kita sebut rata-ratanya 110,” jelasnya. “Kelapa sawit belum bisa dijual karena nilai ekonominya masih tinggi. Saat ini masih sekitar Rp 20.000 per liter,” pungkas Melia.